Wuling Motors akhirnya meluncurkan mobil listrik murni kedua mereka, Wuling Binguo ev pekan ini. Mobil listrik itu makin melengkapi jajaran Battery Electric Vehicle (BEV) andalan Wuling.
Sebelumnya Wuling juga sudah lebih dulu memasarkan mobil listrik bertubuh mungil, Wuling Air ev. Hadirnya Wuling Binguo ev juga membuat kondisi pasar mobil listrik di Indonesia semakin padat.
Penambahan amunisi baru itu tentu akan membuat kondisi pasar mobil listrik bakal berkembang. Benarkah?
Yang pasti Wuling Binguo ev memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh Wuling Air ev. Secara dimensi, Wuling Air ev memiliki ukuran panjang 2.974 mm, lebar 1.505 mm, dan tinggi 1.631 mm, serta jarak sumbu roda 2.010 mm. Ini membuatnya cukup ringkas dan nyaman digunakan pada jalan-jalan perkotaan yang cukup sempit.
Sementara Wuling BinguoEV menawarkan kabin yang lebih lapang. Itu terlihat dari ukuran panjang 3.950 mm, lebar 1.708 mm, dan tinggi 1.580 mm. Sedangkan jarak sumbu rodanya 2.560 mm.
Kedua model mobil listrik ini juga menggunakan velg dengan ukuran yang berbeda. Air ev menggunakan velg 12 inci dengan ban berukuran 145/70. Sedangkan BinguoEV dibekali velg 15 inci yang dibalut ban 185/60.
Masuk ke bagian dalam, interior BinguoEV akan mengingatkan kita dengan kabin Air ev, hanya saja dibalut dengan konsep yang lebih elegan. Kesan yang sama bisa dirasakan dari kenop transmisi, yang sama-sama menggunakan Rotary Gear Selector.
Sayangnya, Wuling BinguoEV tidak dibekali dengan perintah suara Wuling Indonesia Command seperti Air ev. Itu adalah fitur unggulan di mana mobil bisa dikendalikan hanya dengan perintah suara seperti membuka/menutup jendela.
BinguoEV juga ditunjang Intelligent Tech Dashboard di bagian depan yang memadukan panel dan kenop futuristik serta layar antarmuka luas. Pada bagian dashboard, terdapat Multifunction Steering Wheel dengan logo Wuling silver yang dilengkapi tombol pengoperasian audio dan menu.
Pada Intelligent Tech Dashboard, Wuling menghadirkan sentuhan kecanggihan lewat Integrated Floating Wide Screen. Area ini terdiri dari head unit berdimensi 10,25 inci serta meter cluster yang juga berukuran 10,25 inci.
Soal keamanan dan keselamatan, Wuling BinguoEV dibekali dual front airbags, ABS dan EBD, Electric Parking Brake with Automatic Vehicle Hold, Rear Parking Sensor and Camera, ISOFIX, Tire Pressure Monitoring System, dan Immobilizer.
Soal performa, Wuling Air ev ditawarkan dalam dua varian jarak tempuh, yakni 200 km untuk tipe Standard Range dan Lite, serta 300 km untuk tipe Long Range. Sedangkan BinguoEV menawarkan jarak tempuh 333 km dengan baterai 31,9 kWh, dan 410 km dengan baterai 37,9 kWh.
Artinya segmentasi pasar Wuling Air ev dan Binguo ev memang berbeda. Jadi sangat wajar jika Dian Asmahani, Brand and Marketing Director Wuling Motors mengatakan kehadiran mobil listrik Binguo EV tidak akan “memakan” pasar Wuling Air ev.
“Sebenarnya Air EV itu market segmen yang berbeda. Kalau bicara bentuk produknya saja sendiri berbeda,” ujar Dian Asmahani.
Lebih lanjut Dian membenarkan Wuling Binguo ev memiliki bentuk hatchback dan dimensi yang lebih besar dibanding Wuling Air ev. Wuling Binguo EV dinilai lebih cocok untuk pasar mobil keluarga.
“(Wuling Binguo ev) mungkin lebih cocok untuk family kemudian operasional kalau seandainya buat beberapa company dan untuk bepergian jangka panjang,” ucap Dian.
“Kalau Air EV itu sebenarnya karena ini bentuknya compact cocok untuk di jalanan Indonesia yang sempit, macet ya, itu cocok juga untuk Air EV dan ini bisa jadi solusi mobilitas perkotaan,” sambung dia.
Sayangnya Wuling Motors justru masih menutup rapat informasi harga mobil listrik baru mereka itu. Yang pasti banyak isu beredar bahwa Wuling Binguo ev dipaksa lahir sebagai respons hadirnya mobil listrik China lain yakni Neta V.
Saat ini Neta V dijual di harga Rp378 juta. Bisa saja Wuling Binguo ev ada di kisaran harga yang sama.
Sementara CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan erkembangan mobil listrik di Indonesia terus tumbuh, utamanya setelah pemerintah memberikan banyak insentif kepada industri ini. Namun, bukan hal mudah untuk mengembangkan industri ini ke depan karena menemui sejumlah tantangan.
“Masih banyak hambatan dan tantangan untuk mengembangkan industri kendaraan listrik di Indonesia, seperti proses pengolahan teknologi baterai yang memerlukan teknologi canggih dan biaya yang cukup besar, serta terbatasnya infrastruktur baterai untuk kendaraan listrik,” katanya.
Jadi meski pun model-model mobil listrik baru berdatangan tanpa diikuti oleh unsur-unsur pendukungnya, masyarakat masih berpikir dua kali untuk membeli mobil listrik.