30 C
Jakarta
Sabtu, November 23, 2024
spot_img

Mobil Listrik China Bakal Berkembang Hingga 53 Persen di Indonesia Pada 2025

Misi Tang, Kepala Industri di Asia Pasifik HSBC Global Banking, memperkirakan bahwa penetrasi kendaraan listrik (EV) di Indonesia dapat terjadi lebih cepat, mengingat potensi besar yang dimiliki negara ini.

“Ikhtisar saya, Indonesia bisa mengambil langkah lebih cepat (dalam hal penetrasi EV). Karena Indonesia sudah memiliki teknologi yang ada, sumber daya mineral, dan dinamika geopolitik yang mendukung. Jadi, saya pikir ini akan terjadi lebih awal,” kata Misi dalam Forum Investasi HSBC di Jakarta, Selasa (19/3/2024).

Dia mencontohkan penetrasi mobil listrik di China, yang hanya memerlukan sekitar lima tahun untuk tumbuh dari lima persen menjadi 35 persen. Misi juga memperkirakan bahwa penetrasi mobil listrik di China dapat meningkat menjadi 53 persen pada tahun 2025.

Ketika penetrasi mencapai 35 persen, Misi menyatakan bahwa sebagian besar penawaran produk baru yang tersedia di pasar pada dasarnya adalah model EV, dengan sedikit model mesin pembakaran dalam atau ICE yang tersedia.

Oleh karena itu, meskipun subsidi pemerintah pada akhirnya dihapuskan, ia memproyeksikan bahwa penetrasi EV akan terus meningkat di China.

Belajar dari China, Misi mengatakan bahwa insentif pemerintah memang sangat penting ketika industri mulai dan secara aktif berperan sebagai akselerator dalam pengembangan EV. Selain itu, peran ekosistem baterai EV juga sangat penting.

Menyusul pernyataan Misi, Managing Director Wholesale Banking HSBC Indonesia, Riko Tasmaya, menyatakan bahwa dukungan terhadap rantai pasok baterai EV adalah salah satu fokus perusahaan saat ini, bersama dengan proyek di sektor ESG lainnya.

Dia menyebut bahwa perusahaan telah mendukung Merdeka Battery Materials dan sebuah joint venture antara LG dan Hyundai yang akan memproduksi sel baterai di Indonesia.

“Ada beberapa investasi yang dilakukan oleh entitas asing yang baru saja masuk. Sekitar dua tahun yang lalu, ada joint venture (JV) antara LG dan Hyundai. HSBC juga mendukung transaksi tersebut. Ini masuk sebagai salah satu pabrik sel baterai pertama di Indonesia,” kata Riko.

Di sisi lain, Riko menyebut bahwa HSBC juga mendukung berbagai sektor yang tercakup dalam rantai pasok kendaraan listrik. Beberapa pemain lain yang telah mendapat dukungan dari perusahaan termasuk SGMW Multifinance Indonesia, VinFast, dan Bluebird.

“Kami yakin rantai pasok ini benar-benar menyeluruh. Jadi, kami tidak hanya fokus pada, misalnya, baterai. Kami harus masuk ke setiap rantai pasok. Kemudian kita akan melihat mana yang menjadi prioritas pertumbuhan. Tetapi, untuk saat ini, kita masuk ke setiap rantai pasok,” kata Riko.

Mengingat pentingnya percepatan penetrasi EV di Indonesia, Riko menegaskan bahwa kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah harus terus diperkuat.

Dia menambahkan bahwa investor juga memerlukan peran perbankan untuk berhubungan dengan pemerintah dan rantai pasok industri. Oleh karena itu, mereka mengambil bagian dalam peran tersebut.

“Ini adalah peluang besar yang sedang diperjuangkan oleh Indonesia, fokus untuk memindahkannya ke tahap berikutnya (dalam percepatan penetrasi EV). Tetapi ini juga akan menjadi perjalanan bagi semua pemangku kepentingan, termasuk bank, dan HSBC berusaha untuk mengembangkan ini. Dan, ini bukan tugas yang mudah,” kata Riko.

Related Articles

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles