Populasi motor listrik di Indonesia perlahan-lahan mulai meningkat pesat. Tingkat penyerapan ke konsumen jauh lebih cepat dibanding mobil listrik.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian populasi motor listrik sudah mencapai 62.815 unit. Sebaliknya mobil listrik baru di angka 18.300 unit.
Tentu saja hal itu terjadi karena harga motor listrik yang jauh lebih terjangkau dibanding mobil listrik. Saat ini pilihan motor listrik yang tersedia memiliki harga yang variatif. Motor listrik di bawah Rp10 juta sangat banyak. Begitu juga yang harganya di atas Rp20 juta.
Dari sisi penggunaan motor listrik justru memiliki mobilitas yang tinggi. Tidak heran jika banyak pengguna motor listrik menginginkan cara pengisian baterai motor listrik yang lebih mendukung aktivitas mereka. Salah satunya adalah Swap Battery atau sistem tukar baterai.
Patrick Atmadja, Wakil Ketua Umum bidang Teknis Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML) mengatakan saat ini jumlah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) sudah mencapai 900 unit. Begitu juga dengan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) atau Swap Station yang malah sudah mencapai 1.300 unit.
“Pemerintah menargetkan sebanyak 30.000 SPKLU akan hadir di Indonesia. Begitu juga dengan SPBKLU yang diharapkan mencapai 65.000-70.000 unit,” jelasnya.
Hanya saja memang menurut Patrick Atmadja, metoda Swap Battery memang perlu diatur dengan baik. Pasalnya saat ini setiap motor listrik memiliki desain baterai yang berbeda.
Kondisi itu membuat penukaran baterai juga tidak mudah. Mau tidak mau pemilik motor listrik harus mencari Swap Station yang sesuai dengan baterai yang dimiliki.
“Perlu diatur dimensi dan beratnya. Jadi maksimum beratnya 12 kilogram agar orang awam bisa angkat baterai dan bisa masukkan ke kabinet penukaran baterai dengan mudah,” jelasnya.
Pendapat yang sama juga dikatakan Mohammad Masykur, Product Strategi dari Ilectra Motor Group, produsen motor listrik ALVA. Dia mengaku pihaknya sudah melakukan survei mengenaii Swap Battery kepada pengguna motor listrik.
“Terutama ojek online yang sudah menggunakan motor listrik dalam waktu lama dan tinggi,” ujarnya.
Hasilnya menurut dia para pengguna motor listrik selalu kesulitan menukar baterai. Mereka harus berebut dengan ojek online lainnya yang juga butuh menukar baterai.
“Terkadang kalau bisa menukar, kondisi baterainya tidak 100 persen penuh. Rata-rata cuma 60 persen penuhnya. Jadi berdampak juga buat mereka saat digunakan,” ujar Mohammad Masykur.
Hal itu yang membuat ALVA kemudian saat ini belum mengaplikasikan sistem Swap Battery. Dua motor listrik ALVA yakni One dan Cervo dilengkapi dengan dua baterai yang bisa menunjang mobilitas pemilik motor listrik.
“Kami memang berharap ke depannya Swap Station dan standarisasinya sudah jadi sehingga lebih baik buat motor listrik yang ada saat ini,” jelasnya.