Indonesia lagi giat-giatnya berjualan mobil listrik. Uniknya laporan yang dibuat oleh Carbon Tracker justru berkata lain.
Dalam laporan berjudul Driving Change : How Electric Vehicle Can Rise in The Global South, Indonesia bersama 11 negara lainnya di wilayah selatan bagian Bumi, seperti Brasil. Argentina, Meksiko, India, Indonesia, Afrika Selatan, Uganda, Nigeria, Moroko, Kenya, Mesir, and Aljazair justru berpotensi jadi tempat pembuangan mobil-mobil konvensional.
Pasalnya pabrikan mobil di seluruh dunia tidak bisa lagi menjual mobil konvensional di negara-negara maju yang umumnya berada di bagian utara Bumi.
Negara-negara maju itu sudah sepakat tidak lagi menjual mobil konvensional pada 2035 nanti. Ini berbeda dengan negara-negara di wilayah bagian selatan Bumi yang belum memberikan sikap resmi menghentikan penjualan mobil konvensional di wilayah mereka.
“Dalam konteks ini, negara-negara selatan dapat menjadi tempat pembuangan mobil konvensional karena produsen mobil ingin menjualnya di tempat yang masih mengizinkan hal tersebut setelah tahun 2035,” tulis laporan Carbon Tracker seperti dikutip El Pais, Senin (20/11/2023) ini.
Ben Scott analis dari Carbon Tracker mengatakan negara-negera tersebut diprediksi bakal terjebak dalam ketergantungan pada bahan bakar fosil. Kondisi itu akan membuat negara-negara itu juta tergantung pada negara lain untuk kebutuhan bahan bakar.
“Impor bahan bakar ini mengakibatkan kerugian modal dan mata uang asing dalam jumlah besar,” kata Ben Scott.
Mirisnya, negara-negara itu justru sudah menghabiskan miliaran dolar setiap tahunnya untuk mengimpor bahan bakar transportasi. Dalam pandangan Carbon Tracker mereka juga tidak memiliki kapasitas untuk memperbaiki dan akhirnya semakin memperburuk neraca perdagangan mereka.
Dari situ Ben Scott berharap agar negara-negara tersebut bisa secepatnya beralih ke listrik. Minimal memastikan bahwa mereka tidak akan menjual mobil konvensional lagi di masa depan seperti yang sudah dilakukan negara-negara di bagian utara Bumi.
Peralihan itu justru diyakini bisa memberikan penghematan yang sangat besar. “Armada mobil listrik dapat diisi menggunakan energi terbarukan lokal dengan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan pengisian bahan bakar konvensional,” kata Ben Scott.
Menurut Carbon Tracker, peralihan mobil konvensional ke mobil listrik di negara-negara itu dapat menghemat biaya transportasi sekitar 50 persen. Setara dengan lebih dari USD100 miliar per tahun. Selain itu, peralihan ini akan menghasilkan peluang kerja baru di industri pendukung kendaraan listrik seperti ekstraksi mineral, manufaktur, dan pembangunan infrastruktur.